SUKABOGOR.com – Dalam konteks perkembangan pendidikan dan politik di Indonesia, penting untuk menyoroti bagaimana pendidikan watak Pancasila diterapkan dalam sistem pendidikan kita. Eksis beberapa isu yang muncul berkaitan dengan kebijakan pemerintah mengenai peran pelajar dalam kegiatan politik. Salah satu isu primer adalah perlu atau tidaknya pelibatan pelajar dalam demonstrasi sebagai wujud penyampaian aspirasi mereka.
Sekolah dan Nilai Watak Pancasila
Pendidikan karakter berbasis Pancasila seharusnya menjadi pilar dalam sistem pendidikan di Indonesia. Tetapi, sering kali implementasi nyata dari nilai-nilai Pancasila ini tak terlihat kuat di lingkungan sekolah. Banyak pihak berpendapat bahwa sekolah harus menjadi loka di mana siswa dapat belajar tentang nilai-nilai moral dan etika yang mendorong mereka buat menjadi warga negara yang bertanggung jawab. Ini berarti tak cuma memahami Pancasila sebagai arsip ideologi, tetapi juga sebagai pedoman untuk bertindak dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut beberapa pengamat, kurikulum pendidikan nasional belum sepenuhnya mencakup pengajaran nilai-nilai Pancasila secara mendalam. “Pendidikan karakter Pancasila perlu lebih dari sekadar pelajaran teori. Praktiknya harus terlihat dalam keterlibatan aktif siswa dalam kegiatan sosial dan pengembangan diri,” kata salah satu ahli pendidikan. Kurangnya penekanan pada pendidikan watak ini dapat menyebabkan absennya nilai-nilai tersebut dalam tindakan konkret siswa, bagus di sekolah maupun setelah mereka lulus.
Kontroversi Pelibatan Pelajar dalam Demonstrasi
Pada sisi lain, pemerintah mengeluarkan surat edaran buat mencegah pelajar terlibat dalam demonstrasi. Eksis berbagai alasan di balik kebijakan ini, termasuk kekhawatiran tentang keselamatan siswa dan potensi manipulasi atas mereka oleh pihak-pihak dengan agenda eksklusif. Meski begitu, langkah ini juga mendapat kritik dari berbagai kalangan yang menganggap bahwa pelajar seharusnya mempunyai kebebasan berpendapat dan beraspirasi, termasuk melalui aksi demonstrasi.
Sejumlah pihak menyatakan bahwa pelibatan pelajar dalam demonstrasi adalah bagian dari pembelajaran demokrasi. “Siswa harus mengerti dan mengalami praktik demokrasi, termasuk bagaimana langkah yang pas menyampaikan pendapat mereka,” demikian pendapat seorang juru bicara organisasi pendidikan. Sementara itu, bagi pemerintah, memastikan keamanan dan ketertiban adalah prioritas sehingga mereka merasa perlu membatasi keterlibatan pelajar dalam aksi massa yang berpotensi berbahaya.
Dalam konteks ini, tantangannya adalah bagaimana menciptakan keseimbangan antara menjaga keamanan siswa dan memfasilitasi kebebasan berekspresi mereka. Menurut edaran dari Kementerian Pendidikan, alternatif lain yang lebih kondusif, seperti diskusi dan debat di lingkungan sekolah, harus dipertimbangkan sebagai langkah bagi siswa untuk mengekspresikan pendapat mereka secara konstruktif dan damai.
Selain itu, krusial bagi sekolah buat memberikan arahan dan bimbingan yang pas dalam membantu siswa memahami pentingnya menyuarakan pendapat dengan langkah yang positif dan produktif. Cara ini diharapkan dapat mendukung pengembangan watak siswa sesuai dengan nilai-nilai Pancasila sekaligus memperkuat fondasi demokrasi di kalangan generasi muda. Dengan demikian, pendidikan tak cuma mempersiapkan siswa buat pasar kerja tetapi juga untuk menjadi porsi dari masyarakat yang demokratis dan beretika.