![]()
SUKABOGOR.com – Dalam era pendidikan yang semakin bergerak, penyelenggaraan Tes Kemampuan Akademik (TKA) buat siswa SMA pada tahun 2025 mendapatkan perhatian yang cukup besar. Kementerian Pendidikan Alas dan Menengah (Kemendikdasmen) secara sah mengumumkan bahwa siswa tak perlu khawatir untuk mencari bocoran soal ketika menghadapi TKA nanti. Menurut Kementerian, “Siswa enggak usah cari-cari bocoran soal,” menekankan pentingnya persiapan dan kepercayaan diri dalam menghadapi ujian. Kebijakan ini diperkenalkan dengan tujuan mengurangi tekanan berlebihan yang sering dialami oleh siswa menjelang ujian akbar.
Pengalaman Siswa Menghadapi TKA
Adrian, salah satu siswa SMA, berbagi pengalamannya dalam menghadapi hari pertama TKA. “Hari Pertama Tes Kemampuan Akademik, Adrian Tertantang Buktikan Kepintarannya,” begitulah laporan yang dilansir oleh Pemprov Jawa Lagi. Adrian merasa bahwa ujian ini adalah peluang baginya untuk membuktikan seberapa jauh pengetahuan dan kemampuan yang telah ia peroleh selama ini. Walau tidak diwajibkan, banyak siswa yang merasa tertantang buat mengikuti TKA sebagai verifikasi potensi akademis mereka. Fakta bahwa tes ini dapat membuka kesempatan buat masuk Perguruan Tinggi Negeri membuatnya semakin menarik bagi banyak siswa.
Banyak siswa yang melihat TKA bukan hanya sebagai ujian akademis semata, namun juga sebagai pelatihan mental menghadapi tantangan akbar lainnya di masa depan. “Tes Kemampuan Akademik Tak Wajib, Peserta Bisa Mendaftar PTN Selain Seleksi Prestasi,” demikian pernyataan yang dimuat oleh Kompas.id. Meskipun penyelenggaraan TKA mendapat antusiasme dari banyak siswa, tak semua siswa memilih buat mengikuti tes ini. Mereka yang memutuskan untuk tidak mengikuti memiliki pilihan lain yakni mendaftar Perguruan Tinggi Negeri (PTN) melalui jalur seleksi prestasi.
Tantangan dan Kebijakan TKA dalam Pendidikan
Tetapi, tidak semua kalangan menyantap TKA dengan pandangan positif. Beberapa siswa dan manusia uzur mengeluhkan pelaksanaan TKA sebagai syarat masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNBP), dengan alasan bahwa hal itu menambah beban siswa yang sudah cukup banyak. “TKA Jadi Syarat SNBP Dikeluhkan Siswa, Kemendikdasmen: Bukan Ranah Kami,” ujar seorang juru bicara dari Kementerian, sebagaimana dikutip oleh Tempo.co. Walaupun demikian, pemerintah masih mendorong penyelenggaraan TKA buat menaikkan standar pendidikan nasional.
Permasalahan lain yang muncul terkait dengan pelaksanaan TKA adalah rendahnya partisipasi di beberapa daerah. Sebuah laporan dari CNN Indonesia menyebutkan bahwa “Disdik DKI Sebut Eksis Sekeliling 4 Persen Murid di Jakarta Tidak Ikut TKA.” Ketiadaan partisipasi ini dapat diakibatkan oleh beberapa unsur, mulai dari kesiapan siswa, dukungan dari sekolah, hingga dukungan dari manusia uzur. Untuk mengatasi tantangan ini, partisipasi aktif dari seluruh pihak, mulai dari pemerintah, sekolah, hingga orang uzur menjadi kunci krusial dalam keberhasilan pelaksanaan TKA di seluruh Indonesia.
Pada akhirnya, implementasi TKA sebagai porsi dari sistem pendidikan memberikan berbagai perspektif dan tantangan tersendiri. Di satu sisi, ujian ini memotivasi siswa buat berprestasi dan menjadi lebih kompetitif, tetapi di sisi lain, eksis tantangan yang harus diatasi untuk memastikan bahwa semua siswa mendapatkan kesempatan yang adil dalam berpartisipasi. Melalui usaha berbarengan dari seluruh pihak terkait, sistem pendidikan yang inklusif dan berkualitas dapat terwujud.




