
SUKABOGOR.com – Pasar Cicangkal Terimbas Penutupan Tambang
Dalam tiga bulan terakhir, Pasar Cicangkal yang terletak di Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor, menghadapi tantangan besar berupa penurunan jumlah pengunjung dan pembeli. Masalah ini mencuat seiring dengan penutupan upaya pertambangan di daerah tersebut, yang turut berdampak langsung pada geliat ekonomi penduduk setempat. Bagi para pedagang pasar tradisional terbesar di Rumpin ini, hari-hari kini semakin berat dan kelabu.
Para pedagang di Pasar Cicangkal mengungkapkan bahwa penurunan jumlah pengunjung telah secara signifikan menggerus omset penjualan mereka. Keadaan ini menyebabkan banyak di antara mereka harus berjuang keras untuk mempertahankan usaha yang selama ini menjadi tumpuan ekonomi keluarga. Seorang pedagang mengatakan, “Sejak tambang ditutup, pasar jadi sepi. Kami pusing harus bagaimana lagi.” Para pedagang berusaha keras mencari solusi agar masih mampu bertahan, walau situasi kian tak menentu.
Akibat Ekonomi dan Sosial yang Meluas
Penurunan omset ini tak cuma berdampak pada para pedagang, namun juga berpengaruh besar pada berbagai lapisan masyarakat di sekitarnya. Banyak penduduk yang sebelumnya bekerja di usaha pertambangan kini kehilangan pekerjaan dan terpaksa mencari alternatif penghasilan lain. Hal ini tentu juga membawa efek psikologis kepada masyarakat, yang harus beradaptasi dengan kondisi ekonomi baru yang tidak niscaya.
Sejumlah keluarga yang menggantungkan hayati pada usaha pertambangan kini menghadapi kesulitan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pengeluaran untuk belanja di pasar tradisional menjadi lebih selektif, yang pada akhirnya memperparah kondisi para pedagang pasar. “Kami lebih memilih menahan diri untuk belanja karena pendapatan berkurang”, ujar seorang ibu rumah tangga di sekitar Rumpin. Walau demikian, banyak warga dan pedagang berharap pemerintah wilayah dapat memberikan solusi atau donasi agar akibat dari penutupan tambang ini dapat diminimalisir dan ekonomi lokal mampu pulih kembali.
Menyikapi situasi ini, solusi jangka panjang yang melibatkan semua pemangku kepentingan perlu segera dirumuskan. Kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta diperlukan buat mencari alternatif ekonomi yang berkelanjutan, termasuk pengembangan sektor-sektor lain yang berpotensi seperti agrikultur atau pariwisata. Harapan masih ada, selama eksis niat dan kerja sama untuk merubah tantangan menjadi kesempatan.




