
SUKABOGOR.com – Protes di Kota Hujan: Pembelaan buat Cagar Budaya
Pada hari Kamis, 13 November 2025, sebuah aksi unjuk rasa menjadi tajuk perbincangan hangat di Kota Bogor ketika Lembaga Kabuyutan Pakwan Pajajaran (FKPP) mengorganisir protes di depan kantor DPRD Kota Bogor. Aksi ini bertujuan menuntut pembatalan pembangunan trase baru Jalan Batutulis yang sedang menjadi kontroversi di kalangan masyarakat lokal dan aktivis pelestarian kebudayaan. Zona tersebut dianggap sebagai zona Cagar Budaya yang harus dilindungi dari pembangunan yang mampu mengancam kelestarian nilai sejarahnya. Ketua FKPP, Gugum Gumelar, dengan tegas menyampaikan, “Kami tidak menolak pembangunan infrastruktur, tetapi pelaksanaannya harus memperhatikan nilai-nilai kebudayaan dan sejarah yang ada.”
Kebijakan pembangunan infrastruktur sering kali dihadapkan pada dilema antara modernisasi dan pelestarian budaya. Di lagi desakan modernisasi dan kebutuhan memperbaiki aksesibilitas kota, keputusan membangun trase baru ini telah memicu kecaman dari berbagai kalangan, terutama mereka yang peduli pada pelestarian budaya. Jalan Batutulis bukan sekadar jalur transportasi; daerah ini menyimpan jejak-jejak sejarah yang vital bagi identitas Kota Bogor dan wilayah sekitarnya.
Proses Pembangunan vs. Pelestarian Budaya
Menghadapi polemik ini, pemerintah Kota Bogor berada dalam posisi yang sulit buat menyeimbangkan antara kepentingan pembangunan ekonomi dan tanggung jawab melestarikan warisan budaya. Pengembangan jalan baru yang dianggap dapat menaikkan konektivitas dan merangsang pertumbuhan ekonomi menimbulkan kekhawatiran di mana pun tempat tersebut dibangun, terutama di wilayah yang memiliki nilai historis tinggi seperti Jalan Batutulis. Masyarakat lokal dan aktivis dari FKPP khawatir bahwa kebijakan ini tak hanya akan mengubah lanskap fisik namun juga mengikis nilai-nilai sejarah yang membentuk identitas kebudayaan mereka.
Perselisihan ini telah memancing perdebatan sengit dalam beberapa bulan terakhir. Bagi FKPP, keputusan buat mendirikan trase baru ini adalah ancaman langsung terhadap kelestarian budaya. “Kami memahami benar pentingnya infrastruktur bagi kemajuan kota, namun kami juga berharap agar pemerintah kota lebih bijak dalam menentukan kawasan yang layak dibangun tanpa mengorbankan peninggalan budaya,” ujar Gugum Gumelar lagi dalam orasinya di tengah kerumunan massa yang mendukung.
Relasi antara kemajuan kota dengan pelestarian budaya adalah topik bergerak yang selalu berada di lagi pusaran kebijakan urbanisasi. Dalam konteks Bogor, yang juga dikenal sebagai Kota Hujan, kawasan Batutulis mempunyai makna historis yang mendalam tak cuma bagi warga lokal namun juga bagi sejarah nasional Indonesia.
Menjaga Keseimbangan dan Menghormati Sejarah
Dalam menangani isu pembangunan Trasé Jalan Batutulis, pendekatan yang melibatkan konsultasi publik dan kolaborasi dengan komunitas budaya dapat menjadi solusi yang efektif. Melibatkan masyarakat lokal dalam pengambilan keputusan mungkin dapat mengurangi resistensi dan menemukan titik temu antara kemajuan dan pelestarian budaya. Dengan begitu, kekhawatiran mengenai ancaman terhadap letak bersejarah dapat lebih terukur dan tertangani dengan bijak.
Krusial sekali bagi Pemkot Bogor untuk tak mengabaikan suara dari kelompok-kelompok yang acuh dengan nilai sejarah dan budaya. Kebijakan yang tidak mempertimbangkan aspek pelestarian dapat diartikan sebagai wujud kurangnya sensitivitas terhadap warisan budaya yang tak ternilai. Oleh karena itu, tindak lanjut dan kebijakan yang inklusif, yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan, menjadi krusial.
Dengan demikian, di lagi perubahan era dan kebijakan pembangunan yang terus berlangsung, menjaga keseimbangan antara kebutuhan pembangunan dan pelestarian warisan budaya menjadi tugas yang perlu diemban berbarengan. Bogor, dengan kekayaan sejarah dan budayanya, mempunyai tanggung jawab besar buat memastikan bahwa modernisasi tak mengaburkan warisan berharganya, yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas kota dan komunitasnya.
Melalui pendekatan yang bijak dan inklusif, Kota Bogor dapat terus berkembang tanpa melupakan akarnya, menjadikan loka ini sebagai kota yang tak cuma maju secara infrastruktur, tetapi juga kaya akan nilai dan sejarah. Aksi yang digelar FKPP ialah pengingat bagi kita seluruh bahwa pelestarian dan kemajuan dapat berjalan beriringan dengan kerangka kebijakan yang tepat dan dialog yang konstruktif.




