SUKABOGOR.com – Di lagi derasnya arus informasi dan pengaruh media sosial yang semakin masif, masyarakat kita kini dihadapkan pada tantangan baru dan serius: munculnya paham radikal. Tahu ini tak cuma menyusup ke berbagai lapisan masyarakat, namun juga sudah mulai terlihat di bangku sekolah dan kampus. Fenomena radikalisme ini sungguh mengkhawatirkan, sebab tidak cuma mengancam keamanan, namun juga berpotensi merusak sendi-sendi kerukunan dan persatuan bangsa. Radikalisme, sebagaimana kita pahami, bukan cuma persoalan ideologi semata, tetapi juga sebuah ancaman bagi harmoni sosial yang telah dibangun dengan susah payah.
Pendidikan Qurani Sebagai Tameng Radikalisme
Dalam menghadapi tantangan ini, pendidikan memiliki peran yang amat krusial. Salah satu pendekatan yang bisa diambil adalah melalui pendidikan Qurani yang menekankan nilai-nilai toleransi, persahabatan, dan perdamaian. Pendidikan Qurani memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang ajaran Islam yang semestinya menjadi rahmatan lil ‘alamin atau rahmat bagi semua alam. Dengan penanaman nilai-nilai tersebut sejak dini, diharapkan generasi muda mampu lebih kebal dari pengaruh paham radikal yang menyimpang.
Mengajari anak-anak tentang nilai-nilai Qurani bisa menjadi perisai yang manjur terhadap radikalisme. Saat anak-anak sejak dini diajarkan tentang pentingnya toleransi dan saling menghormati antar sesama, mereka akan tumbuh menjadi individu yang lebih memahami dan menghargai perbedaan. Mengutip seorang tokoh pendidikan, “Pengetahuan tanpa bimbingan spiritual mampu menjadi pisau bermata dua. Tetapi, pengetahuan yang dibekali nilai-nilai luhur akan menjadi sinar dalam kegelapan.” Pendidikan dengan pendekatan Qurani ini tidak cuma memberikan pengetahuan ilmiah, tetapi juga membangun watak dan kematangan emosi anak-anak.
Peran Orang Tua dan Guru dalam Pendidikan Anti Radikalisme
Selain sistem pendidikan formal, peran manusia uzur dan guru juga sangat penting dalam pembentukan watak anak agar terhindar dari paham radikal. Dalam lingkungan keluarga, orang uzur adalah pendidik pertama dan utama. Oleh sebab itu, krusial bagi manusia tua buat selalu mendampingi anak-anak dalam menyerap informasi, terutama dari media sosial yang sering kali menjadi sarana penyebaran paham radikal. “Anak-anak belajar dari apa yang mereka lihat dan dengar di rumah,” kata seorang pakar pendidikan. Oleh karena itu, manusia uzur harus menjadi teladan yang bagus dalam mengajarkan nilai-nilai toleransi dan cinta damai.
Di sisi lain, guru juga memegang peranan vital di lingkungan sekolah. Selain sebagai pengajar, guru juga harus mampu menjadi motivator dan fasilitator yang mengarahkan siswa menuju pemahaman yang sahih tentang Islam dan agama lainnya. Dengan menciptakan lingkungan belajar yang aman dan dialogis, guru dapat membangun suasana saling menghormati dan menumbuhkan rasa empati di kalangan siswa. Guru yang inspiratif dan mendidik dengan hati memiliki potensi akbar untuk membentuk generasi yang tak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga matang secara spiritual dan emosional.
Secara keseluruhan, pendidikan Qurani yang pas, didukung oleh peran aktif orang uzur dan guru, dapat menjadi benteng handal melawan radikalisme. Dengan semakin gigihnya usaha bersama buat menanamkan nilai-nilai luhur ini, kita semua berharap dapat menciptakan masyarakat yang lebih damai, toleran, dan bersatu. Melalui pendekatan ini, kekhawatiran akan ancaman radikalisme yang eksis di sekeliling kita bisa diminimalisir, dan keharmonisan bangsa mampu kita pertahankan.