SUKABOGOR.com – Jalan Raya Cicangkal-Legok yang menghubungkan Kecamatan Rumpin di Kabupaten Bogor dengan Kecamatan Cisauk di Kabupaten Tangerang menjadi sorotan publik. Jalan ini mengalami kerusakan parah yang mengganggu aktivitas sehari-hari penduduk setempat dan pengguna jalan lainnya. Keluhan pun banyak disuarakan oleh masyarakat yang setiap hari melewati jalan ini. Azan (50), seorang warga Kampung Malahpar, menyampaikan kekhawatirannya tentang kondisi jalan tersebut yang tak kunjung mendapatkan perhatian dari pemerintah setempat. “Jalan ini sangat penting bagi kami, tetapi setiap kali melewatinya, kami harus ekstra hati-hati karena banyak lubang yang bisa membahayakan,” tutur Azan.
Kerusakan Jalan yang Mengancam Keselamatan
Kerusakan yang terjadi di Jalan Raya Cicangkal-Legok memang sudah mencapai tahap yang memprihatinkan. Aspal yang mengelupas dan banyaknya lubang di sepanjang jalan ini sangat berpotensi menyebabkan kecelakaan, terutama di malam hari ketika penerangan kurang memadai. Bagi penduduk setempat, jalan ini tak cuma menjadi jalur primer buat beraktivitas, namun juga sangat vital bagi perekonomian lokal. Dengan kondisi jalan yang seperti ini, banyak kendaraan berat dan kendaraan umum yang terpaksa memperlambat laju mereka, mengakibatkan kemacetan dan penurunan efisiensi ketika.
Kondisi ini sangat mengganggu, dan banyak pihak mulai mempertanyakan komitmen pemerintah daerah dalam menyelesaikan masalah ini. Warga berharap bahwa rehabilitasi jalan dapat segera dilakukan sebelum keadaan semakin buruk. “Kami tak mau menunggu sampai terjadi kecelakaan akbar baru ada tindakan dari pihak berwenang,” ujar salah satu penduduk yang tidak ingin disebutkan namanya. Asa mereka adalah adanya tindakan cepat dan konkret, bukan sekadar janji yang terus tertunda.
Proyeksi Pemugaran Jalan pada 2026
Ironisnya, meskipun kondisi semakin memburuk, warta terbaru menyatakan bahwa pemugaran jalan tersebut baru akan dilaksanakan pada tahun 2026. Keputusan ini menuai banyak kritik dari masyarakat yang merasakan akibat langsung dari buruknya infrastruktur ini. Banyak penduduk yang merasa kecewa dengan kebijakan ini dan menganggap bahwa kebutuhan alas seperti jalan yang layak seharusnya menjadi prioritas.
Bagi mereka yang aktivitas sehari-harinya tergantung pada kondisi jalan tersebut, menunggu hingga 2026 bukanlah solusi yang ideal. “Kami butuh tindakan sekarang, bukan nanti,” tegas Azan. Menunda pemugaran hingga tiga tahun ke depan cuma akan memperburuk kondisi ekonomi dan sosial di daerah tersebut. Masyarakat menginginkan solusi yang lebih cepat dan pas agar mereka dapat menjalani kehidupan sehari-hari dengan lebih nyaman dan aman.
Situasi ini menjadi tantangan bagi pemerintah wilayah dalam merespons aspirasi masyarakat yang memilih mereka. Penundaan pemugaran ini diharapkan tak berlarut-larut dan dapat direvisi agar masyarakat dapat melihat bukti konkret dari pelayanan publik yang memadai. Pasalnya, jalan yang baik adalah salah satu komponen krusial dalam pembangunan wilayah yang berkelanjutan, baik dari segi ekonomi maupun sosial.
Kondisi jalan Cicangkal-Legok mungkin hanya satu dari banyaknya infrastruktur di Indonesia yang membutuhkan perhatian serius. Tetapi, dengan adanya perhatian dan solusi yang tepat, diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat dan menjadi contoh bagi penanganan masalah serupa di wilayah lain. Pemerintah dan pihak terkait diharapkan dapat bersinergi buat menghadirkan solusi terbaik bagi penduduk, agar mereka merasa diurus dan diperhatikan dengan baik oleh pemimpinnya.