
SUKABOGOR.com – Tragedi menyedihkan terjadi di kawasan Perumahan Podomoro, Desa Tenjo, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor. Seorang pria berinisial T, yang sehari-harinya bekerja sebagai kuli konstruksi, wafat dunia akibat tersambar petir. Peristiwa naas ini terjadi pada Senin, 1 Desember 2025. Menurut keterangan resmi dari Kapolsek Tenjo, Iptu Zalukhu, peristiwa tersebut berawal waktu korban, T, bersama dua rekannya, S dan U, sedang menjalankan tugas perbaikan di area perumahan tersebut. Ketiganya mungkin tak menyadari ancaman bahaya yang mengintai dari langit ketika mereka bekerja di luar ruangan.
Detik-detik Kejadian
Kejadian ini menyoroti bahaya yang sering kali diabaikan oleh pekerja lapangan, terutama mereka yang bekerja di wilayah terbuka. Ketika itu, T dan kedua rekannya sedang melakukan pekerjaan pemugaran di atas konstruksi. Cuaca yang tampaknya cerah di pagi hari berubah drastis, dan dalam sekejap, awan gelap dan bunyi gemuruh mendominasi langit. Di lagi pekerjaan, tiba-tiba petir menyambar dengan kencang, dan korban T menjadi sasaran dari sambaran petir tersebut.
Menurut salah satu temannya, “Kami sama sekali tidak menyangka bahwa cuaca akan berubah secepat itu. Kami hanya konsentrasi menyelesaikan pekerjaan kami.” Rekan-rekan kerja T segera meminta donasi, namun nyawa T tidak tertolong. Kejadian ini bukan cuma membawa duka mendalam bagi keluarga yang ditinggalkan, namun juga menjadi pengingat bahwa keselamatan di tempat kerja, terutama terkait cuaca ekstrem, perlu lebih diperhatikan.
Kontroversi Sinyal HP
Salah satu obrolan hangat yang mengikuti insiden ini adalah dugaan bahwa sinyal handphone meninggalkan andil dalam kejadian nahas tersebut. Sejumlah orang meyakini bahwa keberadaan ponsel dapat meningkatkan risiko tersambar petir, meskipun hal ini masih menjadi perdebatan di kalangan para ahli. “Ada asumsi bahwa sinyal HP bisa memicu sambaran petir, namun secara ilmiah belum eksis bukti kuat mengenai hal ini,” ujar seorang pakar bidang meteorologi.
Tetapi demikian, pihak keluarga dan rekan-rekan korban berharap kejadian ini dapat membuka mata banyak pihak tentang pentingnya edukasi dan keselamatan kerja terutama di wilayah yang rentan terhadap cuaca ekstrem. Mereka juga menekankan agar perusahaan yang mempekerjakan para pekerja lapangan lebih memperhatikan kondisi cuaca dan memberikan proteksi tambahan kepada para pekerjanya.
Kejadian ini memang memberikan pelajaran berharga bahwa meskipun teknologi membawa banyak manfaat, perhatian terhadap dampaknya dalam situasi eksklusif juga diperlukan. Komunitas dan pihak terkait diharapkan dapat bersinergi buat menciptakan lingkungan kerja yang lebih aman, tak hanya terhadap potensi bencana alam, tetapi juga terhadap bahaya lain yang mungkin muncul akibat perkembangan teknologi yang tak diikuti dengan pemahaman mengenai penggunaannya yang tepat.
Menghadapi bencana yang tak dapat diprediksi seperti petir, bagus pekerja maupun masyarakat luas harus terus diedukasi mengenai tindakan preventif yang mampu dilakukan. Pencerahan akan perubahan cuaca yang lekas, terlindungi dari sambaran petir, serta memahami risiko penggunaan perangkat elektronik di loka terbuka mampu menjadi langkah awal yang krusial dalam mengurangi risiko kejadian serupa.




