
SUKABOGOR.com – Kabupaten Bogor kembali diguncang oleh aksi ratusan penduduk Desa Sukasari yang mendatangi kantor desa untuk menyuarakan aspirasi mereka terhadap pihak Pemerintah Desa. Mereka menuntut transparansi dan keadilan dalam pembagian biaya kompensasi efek penutupan tambang yang berdampak langsung pada ekonomi penduduk. Aksi ini didominasi oleh kaum ibu-ibu yang datang dengan semangat tinggi dan jumlah yang lebih besar daripada aksi sebelumnya. Mereka terlihat membawa berbagai spanduk dan pamflet yang berisi kalimat tuntutan yang tegas dan kecaman lantang terhadap pihak yang berwenang.
Desakan Transparansi Biaya Kompensasi
Para peserta aksi mengungkapkan bahwa mereka merasa ada ketidakadilan dalam distribusi dana kompensasi yang semestinya diperuntukkan bagi semua warga terdampak. “Kami hanya ingin biaya tersebut pas sasaran. Jangan sampai eksis yang merasa diabaikan atau dirugikan,” ujar seorang ibu yang menjadi salah satu perwakilan dalam aksi tersebut. Keinginan untuk mendapatkan kejelasan terkait mekanisme pencairan dana ini pun menjadi pokok dari aksi yang digelar. Mereka berharap pemerintah desa dapat memberikan informasi yang transparan mengenai kriteria penerima dan jumlah biaya yang dapat diterima setiap penduduk. Dengan adanya kejelasan ini, diharapkan tidak akan eksis lagi spekulasi atau kecurigaan di antara penduduk.
Desakan ini pun tak tanggal dari rasa kecewa warga atas tindakan pemerintah sebelumnya yang dinilai tidak maksimal dalam mengelola situasi pasca penutupan tambang. Bagi mereka, tambang bukan sekadar sumber penghasilan, tetapi juga salah satu sektor penting yang menghidupi banyak kepala keluarga. Penutupan tambang tanpa adanya solusi ekonomi yang jelas membikin banyak warga terjebak dalam ketidakpastian ekonomi. Kondisi ini diperparah dengan lambatnya realisasi kompensasi yang telah dijanjikan.
Emak-Emak di Garda Terdepan Aksi
Keberadaan emak-emak di garda terdepan aksi ini menjadi sorotan tersendiri. Mereka tak hanya hadir buat mendukung keluarga, tetapi juga untuk memperjuangkan masa depan anak-anak mereka. Aksi yang dilakukan oleh para ibu ini mencerminkan kekuatan dan keteguhan hati dalam memperjuangkan hak-hak mereka sebagai penduduk negara. “Kami akan lanjut datang sampai kami mendapatkan kepastian. Ini bukan cuma tentang kami, namun tentang masa depan anak-anak kami,” kata salah satu orator dari atas pentas unjuk rasa.
Dukungan dari pihak eksternal dan simpati atas perjuangan para ibu ini mulai berdatangan dari berbagai pihak, termasuk organisasi non-pemerintah yang acuh terhadap isu keadilan distribusi ekonomi. Kehadiran mereka menambah kekuatan bagi warga Desa Sukasari buat terus melanjutkan perjuangan mereka mendapatkan hak yang seharusnya. Aksi damai ini diharapkan bisa menjadi pembuka jalan bagi dialog yang lebih konstruktif antara penduduk dan pemerintah desa.
Dalam suasana yang penuh semangat, para pengunjuk rasa statis menjaga ketertiban dan kebersihan selama berlangsungnya acara. Mereka berharap aksi yang dilakukan secara damai ini dapat membikin aspirasi mereka lebih didengar. Pihak kepolisian yang berjaga juga menyatakan bahwa tidak eksis insiden besar yang terjadi selama aksi berlangsung. Ini menunjukkan bahwa meskipun mereka datang dengan jumlah akbar, warga Desa Sukasari statis mengedepankan kedamaian dalam setiap cara perjuangan mereka.
Setelah beberapa jam melakukan aksi, peserta dengan tertib membubarkan diri namun dengan janji akan kembali tengah jika tuntutan mereka lanjut diabaikan. Hingga warta ini diturunkan, pihak pemerintah desa belum memberikan tanggapan formal terkait tuntutan warga tersebut. Harapan para warga, pemerintah desa segera merespon dengan langkah-langkah konkret yang menunjukkan itikad bagus dalam menyelesaikan masalah ini. Perjuangan penduduk Desa Sukasari ini merupakan pengingat pentingnya transparansi dan komunikasi terbuka antara pemerintah dan masyarakatnya, demi membangun kepercayaan dan selaras dalam tatanan sosial.




