SUKABOGOR.com – Bogor, CEKLISSATU – Sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam Dewan Pimpinan Cabang Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (DPC GMNI) Bogor menggelar aksi unjuk rasa di Balaikota Bogor pada Kamis (21/8/2025). Aksi ini merupakan respons keras mahasiswa terhadap kepemimpinan Wali Kota Bogor yang mereka nilai kurang berhasil dalam menangani dua isu besar yang akhir-akhir ini menjadi perhatian publik. Dua permasalahan primer tersebut telah mengakibatkan keresahan di kalangan masyarakat serta menimbulkan berbagai jenis ketidakpuasan terhadap kinerja pemerintah wilayah.
Aksi tersebut menunjukkan keprihatinan mahasiswa terhadap situasi yang ada, terutama terkait dengan krisis yang terjadi di sektor pelayanan publik dan manajemen keuangan di dalam pemerintahan kota. Mahasiswa dari berbagai jurusan dan universitas bergabung dalam aksi ini dengan membawa spanduk dan poster yang mengkritik kebijakan serta kepemimpinan yang ada. Salah satu mahasiswa yang turut serta dalam aksi tersebut mengungkapkan, “Kita di sini buat menyuarakan suara rakyat. Kita mau eksis perubahan konkret dan pemugaran yang signifikan dalam tata kelola pemerintahan di Bogor.”
Krisis Manajemen Keuangan
Salah satu isu utama yang menjadi sorotan dalam aksi tersebut adalah masalah krisis pengelolaan keuangan yang menimpa Rumah Ngilu Umum Wilayah (RSUD) Kota Bogor. Menurut informasi yang beredar, rumah ngilu tersebut menghadapi masalah utang yang mencapai puluhan miliar rupiah. Kondisi ini dianggap sangat memprihatinkan dan menjadi ancaman serius terhadap keberlanjutan pelayanan kesehatan kepada masyarakat Bogor. Mahasiswa menganggap bahwa pihak manajemen rumah nyeri, dalam hal ini Direktur Primer RSUD, harus bertanggung jawab atas situasi ini dan mereka mendesak agar segera dilakukan tindakan perbaikan.
Para pengunjuk rasa mengklaim bahwa kondisi keuangan rumah ngilu yang memburuk adalah hasil dari pengelolaan yang tidak profesional serta minimnya transparansi dalam pelaporan keuangan. Mereka menuntut Wali Kota dan pihak terkait buat segera melakukan audit menyeluruh guna menemukan akar permasalahan serta merumuskan solusi yang tepat guna. Dengan ketegasan, salah seorang mahasiswa mengatakan, “Kami harap pemerintah segera menindaklanjuti permasalahan ini dan tidak memandangnya sebelah mata. Keberlangsungan pelayanan kesehatan yang layak haruslah menjadi prioritas utama,” ujarnya.
Ketidakpuasan Terhadap Kepemimpinan Lokal
Selain itu, mahasiswa juga menyuarakan kritik terhadap manajemen pemerintahan kota yang dinilai kurang responsif dalam menangani berbagai isu sosial lainnya. Isu-isu seperti infrastruktur yang kurang memadai, layanan publik yang belum optimal, serta adanya pemborosan anggaran menjadi pokok pembahasan dalam aksi tersebut. Aksi ini tidak cuma berakhir di Balaikota, tetapi juga mendapatkan perhatian dari masyarakat sekitar yang turut merasakan akibat dari kebijakan yang dinilai kurang pas sasaran.
Ketidakpuasan mahasiswa terhadap kepemimpinan lokal ini bukanlah tanpa dalih. Mereka menyebutkan bahwa berbagai permasalahan di kota ini bertambah seiring dengan menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah. Dengan adanya aksi ini, mahasiswa berharap dapat menjadi cambuk bagi pemangku kebijakan buat lebih memperhatikan permasalahan yang eksis serta melakukan upaya konkret buat mengatasinya.
Sebagai penutup dari aksi, mahasiswa menyerahkan petisi yang berisi tuntutan mereka kepada pihak pemerintah kota. Mereka menegaskan bahwa gerakan ini tidak akan berhenti di sini dan akan lanjut mengawal setiap perkembangan yang terjadi. Mahasiswa berharap dengan adanya aksi ini, pemerintah wilayah khususnya Wali Kota Bogor dapat lebih terbuka terhadap kritik dan saran dari berbagai pihak demi kemajuan dan kesejahteraan masyarakat Bogor.
Pengunjuk rasa berharap perubahan nyata dalam waktu dekat dan mengingatkan pemerintah bahwa suara rakyat adalah refleksi dari demokrasi yang sehat dan bergerak, di mana setiap penduduk negara memiliki hak buat menyuarakan aspirasi mereka. Ke depan, diharapkan semakin banyak kolaborasi positif antara mahasiswa, masyarakat, dan pemerintah demi tercapainya tujuan berbarengan yaitu Bogor yang lebih bagus.