SUKABOGOR.com – Kenaikan harga daging ayam potong di beberapa pasar Kabupaten Bogor baru-baru ini menjadi topik hangat di kalangan masyarakat, terutama para ibu rumah tangga dan para pedagang. Banyak yang menduga bahwa lonjakan harga ini disebabkan oleh naiknya harga pakan ternak yang merupakan salah satu komponen biaya terbesar dalam upaya peternakan ayam. Tetapi, Kabid Peternakan Dinas Perikanan dan Peternakan (Diskanak) Kabupaten Bogor, Dodih Prahmadiyan, secara tegas membantah tuduhan ini. Menurutnya, kenaikan harga daging ayam potong lebih disebabkan oleh faktor lain yang berhubungan dengan peningkatan permintaan pada hari-hari akbar.
Penyebab Kenaikan Harga Daging Ayam
Dodih Prahmadiyan menekankan bahwa kenaikan harga daging ayam potong hingga mencapai Rp40 ribu per kilogram, dari yang sebelumnya Rp35 ribu, tidak berkaitan langsung dengan kenaikan harga pakan ternak. Sebaliknya, beliau menjelaskan bahwa tren kenaikan harga daging ayam potong lebih sering terjadi pada saat permintaan meningkat signifikan, terutama waktu hari-hari besar seperti Idul Fitri, Natal, dan tahun baru. “Hal ini terutama disebabkan oleh meningkatnya konsumsi masyarakat pada momen-momen tersebut, di mana daging ayam menjadi salah satu menu utama dalam hidangan,” katanya.
Selain itu, Dodih juga menyebut bahwa logistik dan distribusi yang terpengaruh oleh cuaca atau kendala lainnya dapat berperan dalam fluktuasi harga pasar. Ketidakstabilan dalam rantai pasokan dapat menyebabkan kurangnya persediaan daging ayam di pasar, sehingga harga akan dengan cepat menyesuaikan hingga keseimbangan baru tercapai. Seluruh unsur ini turut berkontribusi terhadap kompleksitas menentukan harga akhir daging ayam di pasaran.
Langkah Mitigasi dan Solusi
Menatap situasi yang terus berulang setiap tahun, Diskanak Kabupaten Bogor telah mengambil beberapa langkah buat memitigasi efek dari fluktuasi harga daging ayam ini. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan menaikkan koordinasi antara peternak, distributor, dan pasar untuk memastikan ketersediaan stok masih terjaga, khususnya pada menjelang hari-hari akbar. Selain itu, pemerintah wilayah juga berupaya mendorong peternak lokal buat memanfaatkan teknologi dalam usaha mereka agar lebih efisien dan tahan terhadap gangguan pasokan.
Dodih juga menekankan pentingnya mengambil cara proaktif dalam menjaga stabilitas harga. Salah satunya dengan mengembangkan program edukasi bagi para peternak dalam mengelola usaha mereka secara lebih berdikari dan berkelanjutan. “Kami berkomitmen untuk terus mendampingi dan mendukung peternak melalui fasilitasi pelatihan dan pembinaan berkelanjutan, serta memperkuat akses mereka terhadap sumber daya yang lebih baik,” tuturnya.
Di sisi lain, bagi masyarakat sebagai konsumen akhir, memahami dinamika dan faktor penyebab kenaikan harga ini diharapkan dapat membikin mereka lebih bijak dalam berbelanja dan merencanakan kebutuhan selama hari-hari akbar. Pemerintah juga menyarankan untuk masak dan berbagi informasi yang lebih baik mengenai alternatif sumber protein yang dapat menjadi pengganti ketika harga daging ayam sedang tinggi.
Melalui pendekatan holistik yang mencakup seluruh sektor yang terlibat dalam rantai pasok daging ayam, diharapkan ketidakstabilan harga dapat dikurangi di masa mendatang tidak hanya di Kabupaten Bogor namun juga secara nasional. Cara ini tentu saja memerlukan kerjasama dari seluruh pihak, dan dengan demikian kestabilan ekonomi serta kesejahteraan masyarakat pun dapat tercapai.